Berbicara tentang kaos oblong, selalu mengingatkan kita pada beberapa tempat tujuan wisata yang cukup terkenal, seperti Borobudur, Malioboro dan Kuta Bali. Mengapa demikian? Hal ini tidak lepas dari peran kaos sebagai salah satu sarana promosi daerah dan budaya. Sering kita menemukan tulisan, ikon tempat wisata, foto dan sejenisnya yang menghiasi sablonan kaos oblong tipis yang menjadi oleh-oleh khas daerah tersebut.
Saya (penulis) masih sangat ingat, pertama kali membaca nama Malioboro adalah dari baju kaos oleh-oleh seorang saudara yang baru pulang dari Yogyakarta. Kaos oblong itu sangat tipis sekali. Namun, bagian belakangnya disablon dengan gambar dan tulisan Malioboro. Mungkin, jika tidak ada sablonan tulisan dan gambar tersebut, kita tidak akan tertarik untuk membelinya. Namun, sablonan gambar dan tulisan ikon wisata daerah tersebut, membuat para wisatawan dengan ringan merogoh sakunya lebih dalam untuk membeli dalam jumlah banyak. “Sebagai bukti kalau kita sudah sampai ke sini,” begitu kira-kira batin mereka para wisatawan tersebut.
Ya, baju kaos sering menjadi oleh-oleh tidak terlupakan setiap kali berkunjung ke pusat-pusat wisata di tanah air. Selain karena harganya murah, baju kaos dengan tulisan tempat wisata juga bisa menjadi bukti bahwa seseorang sudah sampai ke tempat wisata yang dimaksud.
Tidak diketahui, siapa yang mengawali tren ini. Namun, yang jelas bisnis baju kaos dengan sablon ikon tempat wisata tumbuh menjamur di berbagai tempat wisata. Baju kaos oblong tipis ini sangat diminati oleh para pelancong sebagai oleh-oleh atau buah tangan untuk keluarganya. Tidak hanya di Yogyakarta yang terkenal dengan Malioboro dan Keraton-nya. Akan tetapi berbagai pusat wisata lain seperti Borobudur, Pantai Kuta, Taman Mini Indonesia Indah, Ancol, Bandung dan berbagai pusat wisata lainnya juga dijadikan sebagai tema sablon kaos.
Diperkirakan, ide awal pembuatan kaos dengan sablon ikon tempat wisata ini murni untuk tujuan bisnis. Namun, tanpa disadari bisnis kaos oblong ini telah menjadi sarana promosi wisata yang cukup efektif. Para wisatawan yang menjadikan kaos oblong ini sebagai oleh-oleh, secara tidak langsung telah ikut mempromosikan keindahan, keunikan dan keajaiabn tempat wisata yang diceritakan pada sablon kaos tersebut. Sehingga memunculkan minat pada pihak lain untuk ikut datang dan berkunjung ke sana.
Nah, sepertinya ide bisnis kaos sablonan ikon tempat wisata ini patut dikembangkan oleh daerah-daerah lain untuk memperkenalkan wisata daerahnya. Tempat-tempat wisata perlu diramaikan dengan penjualan kaos-kaos ini. Sehingga, tanpa diminta para wisatawan dengan sukarela membeli dan ikut memperkenalkan keindahan wisata daerah kita.
Oleh-oleh atau buah tangan tidak mesti makanan bukan? Nah, mengapa kita tidak mencoba memberikan alternatif oleh-oleh baju kaos yang mengangkat potensi daerah ini?
Oleh: Neti Suriana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar